404 Error!


anak-anak

Anak-anak berceloteh tak karuan.
Namun kisah-kisah mereka menyingkap banyak misteri dan ajaran moral.
Meskipun mereka juga penyebab berbagai kekisruhan, 
teruslah mencari harta terpendam di balik puing berserak... 
...yang mereka tinggalkan 


"...itu sudah jadi kebiasaanku”

Suatu hari seekor kalajengking mondar-mandir di tepian sebuah sungai dan bermaksud menuju seberang sungai. Ditengah kebingungannya itu kalajengking melihat seekor katak yang sedang berenang-renang dipinggir sungai itu. Kalajengking berteriak memanggil si katak dan memintanya untuk mengantar ke seberang sungai. Tapi dengan tegas si katak menolak permintaan kalajengking, katanya “Aku tak mau mati konyol dengan membawamu menyeberangi sungai ini, karena aku tau kamu beracun dan kamu pasti akan menyengatku selagi ada kesempatan.”

Kalajengking tak menyerah begitu saja, dia terus merayu si katak dan berkata dengan meyakinkan:”Tentu saja aku tidak setolol itu kawan, bukankah kita berdua akan mati tenggelam kalau aku menyengatmu ditengah jalan?” Sang katak pun akhirnya percaya dengan rayuan si kalajengking dan setuju membantunya dengan cara menggendong kalajengking dipunggungnya berenang menyeberangi sungai itu.

Perjalanan pun dimulai dan ketika mereka berdua berada ditengah-tengah sungai, tiba-tiba kalajengking menyengat si katak dengan sangat kuat. Dengan nafas tersengal-sengal diujung kematiannya, dengan lirih si katak masih sempat berkata “Mengapa kamu mengingkari janjimu?, sekarang kita berdua akan mati.” Kalajengking menjawab “Aku sungguh tidak tahan untuk tidak menyengatmu, itu sudah kebiasaanku.”

Watch your thoughts, they become words. 
Watch your words, they become actions. 
Watch your actions, they become habits. 
Watch your habits, they become character. 
Watch your character, they become your destiny

artikel disengat dari sini, setelah memergoki ternyata ada seorang, ehh... seekor kalajengking mencoba hidup serumah bersama kami. :-(

ketidakdewasaan atau... ?


Kemarin saya berdiskusi dengan rekan kerja tentang "masa depan". Tidak ada yang salah memang menurut kacamata masing2. Disatu sisi saya selalu dianggap 'trial and error' dalam menghadapi hidup. Tidak punya 'gambar besar 'tentang masa depan. Saya selalu bermain seperti anak-anak kecil dalam mengarungi hidup. Mungkin tidak semuanya akan saya tulis disini, tapi intinya adalah untuk bisa survive dalam hidup kita harus lebih 'dewasa', harus punya wawasan jauh kedepan tentang karir dan keluarga, dapat me-manage diri sendiri, dst. Itu menurut rekan saya dan memang 100% tidak ada yang salah.

Tapi saya hidup di dunia saya sendiri, dunia visual. Dunia yang dekat dengan proses 'trial and error'. Dunia yang membutuhkan 'sifat kekanak-kanakan' sebagai satu trigger (pemicu). Dan saya menikmatinya, atau terlena ?!  Entahlah... Tapi menurut saya tidak salah juga kalo saya terus ingin menjadi seperti anak-anak!!! karena ekspresi, keceriaan, keluguan, murni hanya ada dalam dunia anak. Kita yang sudah dewasa ini mungkin hanya berganti topeng setiap hari demi memenuhi tuntutan keadaan, situasi, dsb. Ada yang tidak setuju?

Kembali ke fokus... sifat kekanak-kanakan. Memang rekan saya itu adalah sosok panutan bagi kami, seorang yang mapan baik dari segi ekonomi, pendidikan maupun pemikirannya. Singkatnya dia telah menjadi "orang". Mungkin karena iba melihat saya yang "...dari doeloe begene-begene aja..." lalu mencoba berdiskusi dan berbagi tentang "hidup sehat" mencoba menularkan keberhasilannya. Lalu apakah saya mengiyakan saja? Seperti anak kecil yang diberi permen? Ya, tentu saja! Saya hanya bilang setuju, karena memang betul dan benar apa yang disampaikannya. Tetapi ternyata saya lebih suka belajar jika beliau tidak sedang bersama saya. Saya lebih senang memantaunya dari jauh, mengamati pergerakan usahanya. Sedangkan disaat yang sama saya masih bergumul dengan eksplorasi visual, mencoba lebih survive supaya bisa 'makan' untuk esok hari..  :-) 

Ya pada akhirnya, kita semua adalah anak-anak kecil yang masih ingin bereksplorasi bebas, ingin lebih kreatif, dan ingin mendapatkan penghargaan... :-)

Dan saya ingin terus menjadi anak-anak, manusiawi sekali ya!?

 

Ilustrasi diambil dari kaskus, menggambarkan (menurut saya) jujurnya anak anak dengan ‘ketidaktahuannya’ tentang makna jari tengah walau sekilas foto ini tampak menyayat hati!

Ketika saya meminta

Saya minta kekuatan, Tuhan memberi saya rintangan untuk membuat saya kuat.
Saya minta kebijaksanaan, Tuhan memberi saya masalah untuk saya pecahkan.
Saya minta kekayaan, Tuhan memberi saya akal untuk bekerja.
Saya minta keberanian, Tuhan memberi saya bahaya-bahaya untuk saya atasi.
Saya minta cinta, Tuhan memberi saya seorang pasangan yang selalu mengasihiku
Saya minta kasih, Tuhan memberi saya anak-anak terlantar untuk saya bantu.
Saya minta karunia, Tuhan memberi saya kesempatan.

Dalam semua hal itu, saya tidak menerima apa yang saya inginkan, tetapi saya menerima apa yang saya butuhkan. Ternyata doa saya dikabulkan.

Amin…..
(dari milis daarut-tauhiid)

Potato chips without salt is on the table, relationship without fault is impossible, so...



"minal aidin wal faidzin,
mohon maaf lahir & bathin"

gambar kentang co-pas dari http://articles.mercola.com/