Apa yang sudah kita lakukan (2) ???


"...Eh tuh kamera loe, berapa pixel emang?"

" Kenapa gak ambil Jazz aja? Baleno kan product gagal broth !?"

" Mac book pro lo cakeeep bangeeed...."

" Ntar malem jadi clubbing di double six khan ?!"

" What the Fuck !!! "

Saya dah muak klo denger celotehan macam diatas, kenapa manusia indonesia sekarang orientasinya lebih ke material, lebih ke hedonis??? Bangsa kita jadi bangsa pengguna bukan pencipta!!! Bisanya tinggal beli, pake, ntar klo rusak bawa ke bengkelnya... beres. Bayaaaar. Praktis emang, instant memang, tapi kerdil !
Mungkin mereka lupa klo secangkir kopi yg mereka sruput di Sturbucks berasal dari biji kopi terbaik didunia yang ditanam di Sumatera. Sol sepatu adidas edisi paling anyar yang mereka kenakan berasal dari karet terbaik di dunia yang pohonnya ditanam di indonesia, Coklat cadbury... yummy, ternyata bahan bakunya berasal dari indonesia dan Malaysia? Swiss mana punya perkebunan coklat ?!
Coba lihat telatennya ibu-ibu kita yang sedang membatik, kakek kita sedang membuat keris, wayang kulit. Mereka berjuang sambil berkesenian, coy!
Mereka lupa klo ternyata bangsa kita adalah bangsa yg besar, bangsa yang kaya akan sumber daya alam, bangsa yang melahirkan pahlawan pahlawan perkasa! Tjut Nyak Dien? Patih Gajah Mada? Ir. Sukarno? Mereka sekarang mungkin malu melihat generasi "instant" sekarang... Bukan seperti ini yang mereka cita-citakan pasti!
Diantara kekusutan diatas, terbersit juga rasa bangga jika mendengar tim fisika kita kembali menjadi juara olimpiade, pecatur wanita cilik grandmaster. Setitik embun harapan pada mereka yang jumlahnya amat sangat sedikit sekali diantara 220 juta manusia kerdil indonesia. 

Termasuk saya? Anda?


Apa yang sudah kita lakukan?

baidewei, lutut adalah bagian dari tubuh, yg jarang kita explore... =D


Apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini
untuk membuat diri kita jadi lebih baik?

Sadarkah yang sudah kita hasilkan selama ini
ternyata sudah sangat “ BASI “ alias ketinggalan jaman?

Pernahkah anda bercermin dan ternyata
kita tidak menemukan sesuatu yang spesial di diri kita?

Terpikir nggak, kalau ternyata kita belum menghasilkan
sesuatu yang diharapkan dari perusahaan tempat kita bekerja?

Pernahkan pertanyaan-pertanyaan itu muncul dibenak kita,
atau malah tidak terpikirkan sama sekali…

Mungkin ilustrasi berikut, bisa jadi inspirasi kita
untuk berbuat lebih baik untuk diri kita.


Penebang mengasah kapaknya.
Pemburu mengencangkan busurnya.
Penulis meraut pensilnya.
Mereka harus memperbarui peralatan- nya.
Ini adalah prinsip sederhana tentang produktivitas.

Tak banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang tumpul dan aus.
Tak ada buruan yang mampu ditaklukkan oleh busur yang renta.
Tak sebuah kata bisa tertulis dari pensil yang patah.

Maka, apa yang harus anda asah agar tetap meraih
kehidupan pribadi dan karier yang penuh dan berlimpah?

Anda memiliki sesosok tubuh yang pasti renta terkikis usia.
Juga kecerdasan yang segera tak banyak berarti tertinggal
kemajuan jaman. Serta sekepal hati nurani yang mudah
diburamkan oleh debu-debu dunia.

Maka, tiada yang patut kita rawat selain tubuh agar senantiasa
menjadi rumah yang nyaman bagi jiwa. Tiada yang perlu kita
asah selain pikiran dan ketrampilan agar selalu dapat digunakan
untuk membuka pintu kemakmuran.

Serta, tiada yang harus kita pertajam selain hati nurani yang
memungkinkan kita mendengar nyanyian kebahagiaan hidup ini.


dari blog erikuncoro

madani anakku, dan karyamu....



namanya : M a d a n i

anak yang polos, jujur, dan apa adanya.

Adalah cermin yang jujur mengajari cara bersikap, berdamai, dan kasih. Dimana ego bisa ditempatkan pada posisi yang benar tanpa merasa 'minder'. Kapan emosi sejalan seiring dengan situasi tanpa merasa 'kalah'. Anak adalah dunia kedamaian yang tulus, tanpa embel-embel pamrih.

Dimana sebenarnya kita sekarang yang selalu saja beragumen 'saya' paling benar, saya yang paling Islam, dst... Dan sekarang anakku mulai berkarya, berkarya dengan imajinasinya sendiri, dengan 'ketidaktahuannya', yang justru membuat saya malu dan hormat...

Tetaplah seperti ini, Nak...
( jangan denger gonggongan punjabi di indosiar !!!)